Beranda | Artikel
Kuliah Agama Demi Gelar, Tidak Ikhlas?
Jumat, 28 Februari 2014

Sebagian orang beranggapan bahwa seorang ustadz yang belajar ilmu agama untuk mendapatkan gelar Lc., SAg., BA., MA., doktor, atau semacamnya itu menunjukkan ia tidak ikhlas atau sekedar mengejar titel dan berbangga dengan gelar. Apa ini benar? Lalu apakah benar juga anggapan sebagian orang bahwa belajar agama di universitas-universitas Islam (yang terpercaya) itu tidak penting?

Berikut ini penjelasan Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullahu ta’ala, beliau mengatakan:

Seseorang yang menuntut ilmu syar’i wajib untuk mengikhlaskan niatnya untuk mengharapkan wajah Allah dan kebahagiaan di akhirat. Jika tujuannya dalam rangka mendapatkan dunia, maka ia berdosa.

من طلب عِلمًا ممَّا يبتغي به وجهَ اللهِ تعالَى ليُصيبَ به عرَضًا من الدُّنيا لم يجِدْ عرْفَ الجنَّةِ

barang siapa menuntut ilmu yang seharusnya itu demi mengharapkan wajah Allah, namun ia tidak mengharapkan kecuali bagian dari dunia, maka ia tidak akan mencium bau surga” (HR. Abu Daud 2664, Ibnu Majah 252, Ahmad 2/338, Ibnu Hibban 78, Al Hakim 1/85, dan yang lainnya, dari Abu Hurairah. Hadits ini memiliki syawahid yang disebutkan dalam takhrij Ibnu Hibban)

wal’iyadzubillah. Maka harus ikhlas dalam menuntut ilmu syar’i. Atas hal ini, banyak orang shalih dan orang kuat imannya merasa bimbang mengenai masuknya seseorang ke universitas Islam misalnya untuk mendapatkan ijazah. Sehingga mereka berkata, “kalau demikian, maka saya tidak mau masuk universitas Islam“. Mereka khawatir terhalang masuk ke surga.

Maka kita katakan, kita sekarang ada di zaman ijazah, yang ijazah ini memiliki peranan dalam profesi keagamaan maupun profesi keduniaan. Orang yang tidak memiliki ijazah, tidak mungkin baginya untuk menempati profesi dalam mengajar, atau dalam qadha (pengadilan), atau dalam tata usaha. Maka jika seseorang belajar ilmu syar’i demi mendapatkan ijazah, dalam rangka untuk bisa menempati posisi-posisi yang bermanfaat bagi manusia, maka ini tidak menafikan keikhlasan. Bahkan ini merupakan keikhlasan. Karena, jika anda tanyakan kepada orang tersebut, “mengapa anda menginginkan ijazah?“. Ia akan berkata, “saya ingin mengajar agama“, atau “saya ingin menjadi qadhi (hakim)“, atau “saya ingin menempati profesi yang bermanfaat bagi kaum muslimin“. Dan ini semua tidak mungkin tercapai tanpa ijazah di zaman kita sekarang ini, dimana kompetensi seseorang di buktikan dengan kertas-kertas. Jika niatnya demikian, maka ini niat yang baik, ia tidak mendapat hukuman (dosa).

Adapun jika ia berkata, “saya ini miskin, saya menuntut ilmu di universitas Islam supaya saya mendapat ijazah, sehingga saya bisa naik ke pegawai golongan 6, lalu saya bisa mendapat banyak harta, bisa menikah, bisa membangun rumah dan membeli mobil“. Apakah yang demikian itu menginginkan akhirat? Tentu tidak, inilah yang berdosa.

Lalu orang yang lain, masuk ke fakultas teknik, ia berkata “saya kuliah supaya mendapat ijazah dan saya bisa bekerja dengan ijazah tersebut”. Apakah orang ini berdosa atau tidak? Jawabnya: tidak. Mengapa? Karena ilmu teknologi tidak termasuk dalam ilmu syar’i, sehingga ia tidak berdosa. Namun, demi Allah, ia telah melewatkan banyak kebaikan. Karena ilmu syar’i jauh lebih afdhal dari ilmu tersebut.

(Al Qawa’id Wal Ushul Al Jami’ah, 63-64)

Semoga bermanfaat.

 

Penyusun: Yulian Purnama

Artikel Muslim.Or.Id

🔍 Sebutkan Adab Berpakaian Dalam Islam, Gambar Kb, Doa Agar Istri Nurut Kata Suami, Arti Kaffah Dalam Bahasa Arab


Artikel asli: https://muslim.or.id/20347-kuliah-agama-demi-gelar-tidak-ikhlas.html